Selamat Datang di Berita Wilayah

'Berita Wilayah' disajikan kepada pembaca untuk memberikan informasi mengenai kondisi ekonomi-sosial wilayah-wilayah di Indonesia. Data statistik yang ditampilkan pada 'Berita Wilayah' ini dapat juga dilihat pada blog saya yang lain 'Ur Data Statistik' di http://www.beritawilayah-gofly2203.blogspot.com
Semoga informasi ini bermafaat untuk semua pembaca

Jumat, 07 Januari 2011

Pertumbuhan Ekonomi: Siapa yang Menikmati?

Sebagai warga negara Indonesia sudah tentu kita merasa bergembira kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 nanti akan mencapai lebih dari 6 persen (year-on-year, y-on-y). Namun, kalau kita perhatikan pada data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, ternyata salah satu komponen permintaan yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah pengeluaran konsumsi rumahtangga. Pada triwulan II/2010 pengeluaran konsumsi rumahtangga tumbuh 5 persen y-on-y. Dengan pertumbuhan 5 persen tersebut dan kontribusi pengeluaran konsumsi rumahtangga terhadap PDB sekitar 56,51 persen, maka pengeluaran konsumsi rumahtangga menyumbang sekitar 46 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,2 persen pada triwulan II/2010.
Dalam nilai nominal, pengeluaran konsumsi rumahtangga Indonesia pada triwulan II/2010 berjumlah Rp 891,1 triliun. Pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan lebih dari 230 juta jiwa (tepatnya 234.181,3 ribu jiwa menurut Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi BPS, Juni 2010). Jumlah inilah yang membangun pengeluaran konsumsi rumahtangga yang sebesar Rp 891,1 triliun untuk memenuhi semua kebutuhan konsumsi rumahtangga, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun untuk bukan pangan, yang dikeluarkan oleh rumahtangga dan semua anggota rumahtangga Indonesia alias oleh seluruh penduduk Indonesia, selama triwulan II/2010.
Jumlah penduduk Indonesia yang banyak tersebut secara jelas memberikan sumbangan yang signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sekitar 46 persen dari pertumbuhan 6,2 persen y-on-y pada triwulan II/2010 berasal dari pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumahtangga. Dengan jumlah yang lebih dari 230 juta jiwa, penduduk Indonesia telah menciptakan domestic demand (permintaan di dalam negeri) untuk memenuhi kebutuhan pangan dan bukan pangan yang kemudian menyebabkan tumbuhnya sektor-sektor ekonomi di dalam negeri, misalnya sektor pertanain yang menyediakan beras, sektor industri yang menyediakan pakaian jadi, sektor perdagangan yang menjembatani terjadinya jual-beli antara penjual dan pembeli, dan sebagainya, dimana berbagai sektor ekonomi tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain sehingga secara kumulatif menghasilkan pertumbuhan ekonomi 6,2 persen y-on-y. Dengan demikian, bila jumlah penduduk besar, maka pengeluaran konsumsi rumahtangga juga akan besar; dan sebaliknya.
Namun, bila kita hitung rata-rata pengeluaran konsumsi rumahtangga tersebut, kita peroleh bilangan sekitar Rp 42 ribuan (Rp 891,1 triliun dibagi dengan 234,2 juta jiwa dan kemudian dibagi lagi dengan 90 hari) yang berarti bahwa secara rata-rata pengeluaran konsumsi penduduk Indonesia berjumlah sekitar Rp 42 ribuan per kapita per hari. (Pada triwulan I/2010 rata-rata pengeluaran konsumsi rumahtangga Indonesia berjumlah Rp 41 ribuan per kapita per hari, berdasarkan data PDB yang dirilis BPS pada triwulan I/2010).
Di luar peranan ekspor dan investasi yang mempunyai tendensi yang membaik selama triwulan II/2010 karena masing-masing tumbuh 15 persen dan 8 persen y-on-y, pertumbuhan konsumsi rumahtangga sebesar 5 persen y-on-y terutama disebabkan oleh jumlah penduduk yang besar karena secara rata-rata penduduk Indonesia mengeluarkan sekitar Rp 42 ribuan per kapita per hari untuk belanja pangan dan bukan pangan mereka. Rata-rata pengeluaran sebesar tersebut sudah tentu sangat minim atau hanya pas-pas-an dalam memenuhi kebutuhan hidup penduduk yang belakangan ini cenderung meningkat. Jangan ditanya mengenai berapa besar tabungan yang bisa dilakukan, untuk makan dan biaya-biaya hidup yang lain saja sudah sangat mepet.
Kalkulasi ini mengasumsikan tidak ada kesenjangan pengeluaran di Indonesia sehingga semua pengeluaran konsumsi rumahtangga dibagi habis dengan seluruh jumlah penduduk. Padahal kesenjangan pengeluaran di Indonesia merupakan fenomena yang terjadi saat ini. Buat beberapa kelompok masyarakat atau penduduk high income class pengeluaran konsumsi per kapita per hari mereka sangat-sangat-sangat jauh diatas Rp 42 ribuan; dan pada sisi yang lain ada sebagian masyarakat atau penduduk lower income group yang pengeluaran konsumsi per kapita per hari mereka yang sangat-sangat-sangat rendah dibawah Rp 42 ribuan.
Dari kalkulasi dan tulisan ini dapat dipahami bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah ok, namun tujuan utama pembangunan ekonomi yaitu untuk membuat masyarakat sejahtera masih membutuhkan perhatian kita. Pertumbuhan ekonomi 6,2 persen tidak boleh melupakan tujuan utama pembangunan; pertumbuhan ekonomi itu untuk siapa?

Selasa, 04 Januari 2011

Bagaimana Memajukan Ekonomi Indonesia?

Berdasarkan data statistik yang tersedia di Badan Pusat Statistik (BPS) ternyata pada tahun 2009 ekonomi Indonesia dibangun oleh sekitar 52,9 jutaan unit usaha (enterprises)dengan rincian sebagai berikut: unit usaha mikro (sekitar 52,2 juta unit usaha atau sekitar 98,6% dari 52,9 jutaan unit usaha), unit usaha kecil (546675 unit usaha atau sekitar 1% dari 52,9 jutaan unit usaha), unit usaha menengah (41133 unit usaha atau sekitar 0,1% dari 52,9 jutaan unit usaha), unit usaha besar (4677 unit usaha atau sekitar 0,0% dari 52,9 jutaan unit usaha), dan unit usaha milik pemerintah (168034 unit usaha atau sekitar 0,3% dari 52,9 jutaan unit usaha); sehingga, secara keseluruhan terdapat sekitar 52,9 jutaan unit usaha yang membangun ekonomi Indonesia pada tahun 2009.
Secara total, Produk Domestik Bruto (PDB) yang mampu dibangun oleh 52,9 jutaan unit usaha tersebut pada tahun 2009 berjumlah Rp 5613,4 triliun, dengan peran masing-masing unit usaha terhadap total PDB adalah sebagai berikut: unit usaha mikro (31,20%), unit usaha kecil (9,40%), unit usaha menengah (12,71%), unit usaha besar (41,0%), dan unit usaha milik pemerintah (5,68%).
Dibandingkan dengan tahun 2008, ekonomi Indonesia pada tahun 2009 tumbuh 4,55%, dan laju pertumbuhan masing-masing unit usaha adalah sebagai berikut: unit usaha mikro (4,08%), unit usaha kecil (3,84%), unit usaha menengah (4,73%), unit usaha besar (4,97%), dan unit usaha milik pemerintah (5,10%). Kalau dihitung secara tertimbang, maka weighted growth pada tahun 2009 (yang berjumlah 4,55%) dari masing-masing unit usaha adalah sebagai berikut: unit usaha mikro (1,27%), unit usaha kecil (0,36%), unit usaha menengah (0,60%), unit usaha besar (2,04%), dan unit usaha milik pemerintah (0,29%); atau dengan perkataan lain: laju pertumbuhan 4,55% pada tahun 2009 ternyata disumbang oleh unit usaha mikro (27,9%), unit usaha kecil (7,9%), unit usaha menengah (13,2%), unit usaha besar (44,7%), dan unit usaha milik pemerintah (6,4%).
Kemampuan masing-masing unit usaha dalam menghasilkan nilai tambah pada tahun 2009 adalah sebagai berikut: unit usaha mikro (Rp 33,57 juta per unit per tahun), unit usaha kecil (Rp 966,29 juta per unit per tahun), unit usaha menengah (Rp 17340,41 juta per unit per tahun), unit usaha besar (Rp 492133,67 juta per unit per tahun), dan unit usaha milik pemerintah (Rp 1895,93 juta per unit per tahun).
Sedangkan dari sisi penyerapan tenagakerja pada tahun 2009 oleh masing-masing unit usaha adalah sebagai berikut: unit usaha mikro (86,1%), unit usaha kecil (3,4%), unit usaha menengah (2,6%), unit usaha besar (2,6%), dan unit usaha milik pemerintah (5,4%).
Kesimpulan dari data-data ini adalah: ekonomi Indonesia pada tahun 2009 at the second best ternyata dibangun oleh unit-unit usaha mikro karena memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 27,9%. Disamping itu, jumlah unit usaha mikro merupakan yang terbanyak di Indonesia, yaitu sekitar 52,2 jutaan unit usaha. Unit usaha mikro ini gampang muncul sewaktu-waktu karena tidak membutuhkan modal terlalu besar, dan juga unit usaha mikro ini merupakan tumpuan tenagakerja Indonesia sebagai tempat bekerja karena unit usaha ini tidak terlalu membutuhkan tenagakerja dengan keahlian yang tinggi, namun unit usaha mikro seperti ini menghasilkan nilai tambah yang rendah dalam pembentukan PDB Indonesia.
Dengan data seperti ini, pertanyaannya adalah: bagaimana Indonesia mampu menumbuhkan perekonomian Indonesia dengan mengandalkan unit usaha mikro yang mendominasi unit-unit usaha di Indonesia? Diperlukan terobosan untuk menuju kesana.
(Data statistik mengenai berita ini tersedia di blog saya: Ur Data Statistik pada http://beritawilayah-gofly2203.blogspot.com)