Selamat Datang di Berita Wilayah

'Berita Wilayah' disajikan kepada pembaca untuk memberikan informasi mengenai kondisi ekonomi-sosial wilayah-wilayah di Indonesia. Data statistik yang ditampilkan pada 'Berita Wilayah' ini dapat juga dilihat pada blog saya yang lain 'Ur Data Statistik' di http://www.beritawilayah-gofly2203.blogspot.com
Semoga informasi ini bermafaat untuk semua pembaca

Kamis, 08 September 2011

EKONOMI INDONESIA TUMBUH 7% TAHUN 2012 (?)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama semester I tahun 2011 mencapai 6,5% (y-on-y); dan pada tahun 2012 diperkirakan akan mampu mencapai 6,7% (proyeksi optimis) dan memungkinkan untuk mencapai 7% (proyeksi moderat).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mampu mencapai 6,7% pada tahun 2012 karena pada semester I tahun 2011 sudah mampu mencapai 6,5%, sehingga selama tahun 2011 diperkirakan akan mampu mencapai lebih tinggi dari 6,5% dengan pertimbangan bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tahun 2011 akan meningkat yang disebabkan karena, misalnya, kegiatan-kegiatan menghadapi lebaran; sedangkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tahun 2011 juga diperkirakan akan masih tinggi karena menghadapi kegiatan-kegiatan menyambut natal dan tahun baru. Perkiraan tersebut merupakan perkiraan yang optimis dapat dicapai.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 mungkin akan mampu mencapai 7% (proyeksi moderat) dengan mempertimbangkan kondisi makro ekonomi Indonesia yang cenderung membaik. Namun, untuk mencapai laju pertumbuhan 7% tersebut, kiranya perlu untuk lebih meningkatkan kinerja ekonomi Indonesia khususnya kinerja sektor industri manufaktur bukan migas. Bila pada semester I tahun 2011 pertumbuhan sektor industri bukan migas tumbuh 6,2%, maka pada tahun 2012 sektor industri bukan migas harus mampu tumbuh lebih dari 7% bila secara total ekonomi Indonesia tumbuh 7%, yaitu dengan memperkuat sektor industri bukan migas yang berbasis kepada hasil-hasil pertanian, perkebunan, perikanan/kelautan. Artinya, sumberdaya alam Indonesia yang diproduksi dan dihasilkan perlu diolah lagi menjadi produk-produk industri (industrialization strategy) sehingga akan memberikan nilai tambah bagi ekonomi Indonesia sehingga akan lebih meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, baik berupa produk-produk ekspor Indonesia maupun produk-produk konsumsi dalam negeri. Pengembangan sektor industri manufaktur bukan migas di dalam negeri juga dimaksudkan untuk memberikan peluang penciptaan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan serta mengurangi kebutuhan terhadap barang-barang impor. Pengembangan industri semacam ini disarankan untuk banyak dilaksanakan di propinsi-propinsi di Indonesia bagian timur yang mempunyai potensi pengembangan komoditas-komoditas tersebut dan sekaligus mengembangkan perekonomian propinsi-propinsi di bagian timur Indonesia yang selama ini masih tertinggal jauh dibandingkan dengan propinsi-propinsi khususnya di pulau Jawa dan pulau Sumatera.
Dengan kebijakan industrialisasi komoditas-komoditas sumberdaya alam Indonesia seperti itu, maka diharapkan ekspor Indonesia mampu tumbuh paling tidak sekitar 17% pada tahun 2012 (pada semester I tahun 2011 ekspor Indonesia tumbuh 14,8%) untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7%.
Pengembangan sektor industri manufaktur bukan migas juga diharapkan akan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor; yaitu dengan menghasilkan komoditas-komoditas yang dibutuhkan oleh permintaan domestik (import substitution policy), baik yang berupa bahan-bahan konsumsi maupun yang lainnya seperti material dan barang-barang modal. Dengan demikian, pertumbuhan impor dapat direduksi menjadi kurang dari 15% (pada semester I tahun 2011 impor tumbuh 15,8%); dimana balance of trade Indonesia belakangan ini semakin lama semakin mengecil walaupun masih surplus.
Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 7%, perlu untuk meningkatkan investasi, khususnya investasi untuk menggantikan mesin-mesin produksi yang sudah kurang produktif, dan juga menambah berbagai infrastruktur lainnya yang dibutuhkan. Pada semester I tahun 2011 investasi tumbuh 8,27%; sehingga pada tahun 2012 diharapkan agar investasi tumbuh lebih dari 10% agar mampu menunjang pertumbuhan ekonomi 7% karena investasi merupakan prime mover dari pertumbuhan. Oleh karena itu, belanja modal pemerintah perlu untuk ditingkatkan lagi karena belanja modal pemerintah merupakan leverage dari kegiatan investasi swasta.

KITA PERLU INOVASI DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI

Ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2011 tumbuh 6,49% (y-on-y); sehingga selama semester I tahun 2011 ekonomi Indonesia tumbuh 6,48% karena pada triwulan I tahun 2011 tumbuh 6,47%.
Pertumbuhan sebesar itu tentu saja menggembirakan buat kita semua masyarakat Indonesia karena pertumbuhan tersebut relatif tinggi pada saat perekonomian global diprediksi akan mengalami perlambatan.
Namun, ada beberapa catatan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia baik yang terjadi pada triwulan II tahun 2011 maupun pada waktu-waktu sebelumnya.
Pertama, bila dilihat dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didorong oleh sektor non-tradables, walaupun pada triwulan I tahun 2011 sektor industri bukan migas mulai menunjukkan perannya dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu tumbuh 6,61%, lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,49%. Sebagai catatan: sektor industri manufaktur bukan migas selama ini selalu tumbuh lebih rendah dari pada pertumbuhan ekonomi secara total; dan baru pada triwulan II tahun 2011 pertumbuhannya bisa melampaui pertumbuhan ekonomi total.
Sejak sekitar tahun 2006-an, pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh sektor non-tradables. Pada triwulan II tahun 2011, sekitar 67% pertumbuhan ekonomi Indonesia disumbang oleh sektor non-tradables. Sedangkan sektor non-tradables utama seperti perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan transportasi; serta keuangan, real estate dan jasa perusahaan menyumbang sekitar 50% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia (6,49%).
Kelihatannya Indonesia ‘terbawa arus’ globalisasi untuk mengembangkan ekonomi melalui sektor non-tradables. Padahal mestinya Indonesia membangun ekonomi bukan melalui sektor non-tradables. Kalau menilik kepada potensi sumberdaya ekonomi Indonesia sebenarnya Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif pada sektor-sektor pertanian termasuk perkebunan dan sumberdaya alam seperti mineral, minyak dan gas, perikanan dan kelautan. Sebenarnya, bila sektor-sektor ini dikelola dengan terarah, mestinya ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih baik karena mestinya pertumbuhan ekonomi suatu negara perlu didukung oleh sumberdaya-sumberdaya potensial sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat termasuk mampu untuk menumbuhkan lapangan kerja dan pertumbuhan sektor industri manufaktur.
Kedua, bila ditilik dari peran pulau-pulau dalam menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi terlihat bahwa selalu pulau Jawa dan pulau Sumatera yang memberikan sumbangan terbesar. Pada triwulan II tahun 2011, pulau Jawa memberikan sumbangan sekitar 57,7% dan pulau Sumatera 23,52% kepada besar Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pulau-pulau yang lain memberikan sumbangan sisanya.
Sumberdaya-sumberdaya ekonomi seperti perkebunan (seperti kakao), sumberdaya gas alam, perikanan dan kelautan banyak terdapat di pulau-pulau Indonesia bagian timur; dan sektor-sektor ini merupakan potensi Indonesia yang mempunyai keunaggulan komparatif dan kompetitif. Kalaulah sumberdaya-sumberdaya tersebut lebih diperhatikan dengan memberikan infrastruktur yang baik, melakukan perencanaan yang terstruktur mungkin akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik buat Indonesia pada masa-masa yang akan datang.
Kalau sebelum masa reformasi kita mengenal kebijakan ekonomi export orientation dan import substitution, barangkali perlu untuk mengangkat kembali kebijakan tersebut karena walaupun ekspor Indonesia meningkat pada waktu-waktu belakangan ini namun impor Indonesia juga meningkat lebih tajam. Kebijakan export orientation ditujukan untuk menumbuhkan potensi-potensi ekonomi Indonesia seperti pertanian, perkebunan, mineral dan gas, perikanan dan kelautan sehingga ekspor tidak saja dalam bentuk raw material tetapi sudah dalam bentuk barang industri yang menghasilkan nilai tambah lebih besar. Kebijakan import substitution dimaksudkan untuk menghemat devisa yaitu dengan menghasilkan sendiri di dalam negeri kebutuhan-kebutuhan bahan material dan sebagainya yang selama ini harus selalu diimpor dari luar negeri.