Selamat Datang di Berita Wilayah

'Berita Wilayah' disajikan kepada pembaca untuk memberikan informasi mengenai kondisi ekonomi-sosial wilayah-wilayah di Indonesia. Data statistik yang ditampilkan pada 'Berita Wilayah' ini dapat juga dilihat pada blog saya yang lain 'Ur Data Statistik' di http://www.beritawilayah-gofly2203.blogspot.com
Semoga informasi ini bermafaat untuk semua pembaca

Kamis, 10 Februari 2011

Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenagakerja Tahun 2010

Ekonomi Indonesia pada tahun 2010 tumbuh 6,1%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total jumlah tenagakerja yang dapat diserap bekerja di sektor-sektor ekonomi selama tahun 2010 adalah sebanyak 108.207.767 orang (kondisi Agustus 2010). Bila dibandingkan dengan tahun 2009 (kondisi Agustus 2009) jumlah tenagakerja yang bekerja adalah sebanyak 104.870.663 orang. Perbandingan ini menunjukkan kenaikan jumlah tenagakerja yang dapat diserap selama tahun 2010 adalah sebanyak 3.337.104 orang atau sekitar 3,18% dari 104.870.663 orang. Atau, setiap 1% pertumbuhan ekonomi menyerap sekitar 547.066 orang.
Namun, kondisi di atas tidak memperhatikan apakah tenagakerja yang dapat diserap bekerja penuh waktu (full employment) atau pun tidak penuh waktu (under-employment; catatan: tenagakerja yang bekerja penuh waktu atau full employment bekerja 35 jam per minggu; sedangkan yang under-employment bekerja kurang dari 35 jam per minggu). Data BPS menunjukkan bahwa jumlah tenagakerja penuh waktu (full employment) yang dapat diserap selama tahun 2010 berjumlah 74.938.429 orang (kondisi Agustus 2009). Bila dibandingkan dengan tahun 2009 (kondisi Agustus 2009), jumlah tenagakerja yang bekerja penuh waktu (full employment) adalah sebanyak 73.300.729 orang. Perbandingan ini menunjukkan kenaikan penyerapan jumlah tenagakerja full employment sebanyak 1.637.700 orang atau sekitar 2,23% dari 73.300.729 orang. Atau, setiap 1% pertumbuhan ekonomi menyerap sekitar 268.475 orang (tengakerja full employment). Perbandingan ini juga sekaligus memberikan implikasi adanya penyerapan tenagakerja yang bekerja tidak penuh waktu (under-employment)sebanyak 1.699.404 orang (yaitu: 3.337.104 orang dikurangi dengan 1.637.700 orang), atau sekitar 50,92% dari 3.337.104 orang. Jadi, selama tahun 2010, yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi 6,1%, jumlah tenagakerja yang dapat diserap bekerja tapi under-employment adalah lebih 50% dari total tenagakerja.

Rabu, 09 Februari 2011

Pertumbuhan Ekonomi 6,1%: Siapa yang Menikmati?

Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan bahwa ekonomi Indonesia pada tahun 2010 tumbuh 6,10% (year-on-year). Dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, PDB Indonesia pada tahun 2010 berjumlah Rp 6.422.918,2 miliar (harga berlaku). Dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak 237.556.363 jiwa, maka PDB per kapita Indonesia pada tahun 2010 berjumlah Rp 27.037.491 atau setara dengan US$ 3.004,88 per tahun (US$ 1 = Rp 8.998). PDB per kapita pada tahun 2010 meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2009 (US$ 2.349,60) dan tahun 2008 (US$ 2.245,24).
Namun, PDB per kapita tersebut tidak sepenuhnya didistribusikan kepada masyarakat karena PDB tersebut masih berupa hasil produksi yang belum dikonversi menjadi pendapatan masyarakat. Berdasarkan data lain di BPS, PDB Indonesia pada tahun 2010 yang berjumlah Rp 6.422.918,2 miliar yang merupakan produksi dari berbagai sektor ekonomi dapat dirinci menjadi upah dan gaji yang diterima oleh tenagakerja sebesar Rp 3.287.249,5 miliar (51,18%) dan berupa surplus usaha Rp 3.135.668,7 miliar (48,82%). Keterangan: menurut teori ekonomi terdapat dua faktor produksi yang membangun perekonomian, yaitu tenagakerja dan kapital/modal. Tenagakerja memperoleh upah dan gaji sebagai balas jasa dalam produksi; dan kapital/modal memperoleh surplus usaha sebagai balas jasa dalam produksi. Upah dan gaji yang sebesar Rp 3.287.249,5 miliar semuanya diterima oleh rumahtangga Indonesia. Namun, surplus usaha yang sebesar Rp 3.135.668,7 miliar tidak semuanya didistribusikan ke rumahtangga karena sebagian besar ditahan (berupa retained earnings) yang akan digunakan untuk diinvestasikan kembali (reinvestasi). Berdasarkan data dari BPS, besarnya surplus usaha yang diterima oleh rumahtangga adalah sebesar 32% dari total surplus usaha (32% dari Rp 3.135.668,7 miliar) atau setara Rp 1.003.414,0 miliar. Sehingga, PDB yang didistribusikan dan diterima oleh rumahtangga (masyarakat) Indonesia yang kemudian menjadi pendapatan rumahtangga (masyarakat) berjumlah Rp 4.290.663,51 miliar (yaitu Rp 3.287.249,5 miliar ditambah dengan Rp 1.003.414,0 miliar) atau sekitar 66,8% dari PDB Indonesia. Jadi, kalau langsung dikonversikan dari PDB per kapita yang sebesar US$ 3004,88 per tahun, yang menjadi pendapatan masyarakat adalah sebesar US$ 2007,26 atau Rp 18.061.044 per tahun.
Pendapatan per kapita yang sebesar US$ 2007,26 per tahun itu pun merupakan rata-rata pendapatan karena besaran tersebut merupakan hasil bagi total pendapatan dengan total penduduk Indonesia, belum mencerminkan bahwa semua masyarakat Indonesia menikmati secara merata dari hasil pertumbuhan ekonomi.
Sebenarnya, bagaimana pendapatan tersebut didistribusikan kepada masyarakat? Berdasarkan informasi lain dari BPS, pertumbuhan ekonomi diterima oleh masyarakat berbeda-beda tergantung kepada kepemilikan dua faktor produksi (yaitu tenagakerja dan kapital/modal). Masyarakat yang memiliki lebih banyak faktor produksi akan menerima hasil (returns) yang lebih besar; dan sebaliknya. Berdasarkan data BPS, masayarakat golongan atas di kota dan di desa menerima lebih banyak dari pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan masyarakat golongan lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh laju pertumbuhan pendapatan rumahtangga golongan atas di kota dan di desa yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi (pendapatan masyarakat golongan atas di kota meningkat 7%), sedangkan golongan-golongan rumahtangga yang lain lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi (misalnya: pendapatan buruh tani hanya meningkat 3%). Dengan perkataan lain: golongan rumahtangga golongan atas di kota dan di desa menerima lebih banyak dampak positif dari pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan golongan-golongan rumahtangga yang lain dan menyebabkan distribusi pendapatan semakin melebar (tidak merata). Banyaknya penduduk yang termasuk golongan atas di kota dan di desa adalah sekitar 15% - 20% dari total penduduk. Dengan gambaran ini, distribusi pendapatan masyarakat cenderung semakin tidak merata; dan berdasarkan dari data lain di BPS, hal tersebut didukung oleh informasi coefficient of variation pendapatan masyarakat yang cenderung membesar, yaitu: tahun 2000 (0,479); tahun 2005 (0,510); tahun 2008 (0,574). Catatan: lihat data tambahan mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 pada tulisan saya 'Informasi Mengenai Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2010' di website 'Ur Data Statistik' http://beritawilayah-gofly2203.blogspot.com/