Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama semester I tahun 2011 mencapai 6,5% (y-on-y); dan pada tahun 2012 diperkirakan akan mampu mencapai 6,7% (proyeksi optimis) dan memungkinkan untuk mencapai 7% (proyeksi moderat).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mampu mencapai 6,7% pada tahun 2012 karena pada semester I tahun 2011 sudah mampu mencapai 6,5%, sehingga selama tahun 2011 diperkirakan akan mampu mencapai lebih tinggi dari 6,5% dengan pertimbangan bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tahun 2011 akan meningkat yang disebabkan karena, misalnya, kegiatan-kegiatan menghadapi lebaran; sedangkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tahun 2011 juga diperkirakan akan masih tinggi karena menghadapi kegiatan-kegiatan menyambut natal dan tahun baru. Perkiraan tersebut merupakan perkiraan yang optimis dapat dicapai.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 mungkin akan mampu mencapai 7% (proyeksi moderat) dengan mempertimbangkan kondisi makro ekonomi Indonesia yang cenderung membaik. Namun, untuk mencapai laju pertumbuhan 7% tersebut, kiranya perlu untuk lebih meningkatkan kinerja ekonomi Indonesia khususnya kinerja sektor industri manufaktur bukan migas. Bila pada semester I tahun 2011 pertumbuhan sektor industri bukan migas tumbuh 6,2%, maka pada tahun 2012 sektor industri bukan migas harus mampu tumbuh lebih dari 7% bila secara total ekonomi Indonesia tumbuh 7%, yaitu dengan memperkuat sektor industri bukan migas yang berbasis kepada hasil-hasil pertanian, perkebunan, perikanan/kelautan. Artinya, sumberdaya alam Indonesia yang diproduksi dan dihasilkan perlu diolah lagi menjadi produk-produk industri (industrialization strategy) sehingga akan memberikan nilai tambah bagi ekonomi Indonesia sehingga akan lebih meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, baik berupa produk-produk ekspor Indonesia maupun produk-produk konsumsi dalam negeri. Pengembangan sektor industri manufaktur bukan migas di dalam negeri juga dimaksudkan untuk memberikan peluang penciptaan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan serta mengurangi kebutuhan terhadap barang-barang impor. Pengembangan industri semacam ini disarankan untuk banyak dilaksanakan di propinsi-propinsi di Indonesia bagian timur yang mempunyai potensi pengembangan komoditas-komoditas tersebut dan sekaligus mengembangkan perekonomian propinsi-propinsi di bagian timur Indonesia yang selama ini masih tertinggal jauh dibandingkan dengan propinsi-propinsi khususnya di pulau Jawa dan pulau Sumatera.
Dengan kebijakan industrialisasi komoditas-komoditas sumberdaya alam Indonesia seperti itu, maka diharapkan ekspor Indonesia mampu tumbuh paling tidak sekitar 17% pada tahun 2012 (pada semester I tahun 2011 ekspor Indonesia tumbuh 14,8%) untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7%.
Pengembangan sektor industri manufaktur bukan migas juga diharapkan akan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor; yaitu dengan menghasilkan komoditas-komoditas yang dibutuhkan oleh permintaan domestik (import substitution policy), baik yang berupa bahan-bahan konsumsi maupun yang lainnya seperti material dan barang-barang modal. Dengan demikian, pertumbuhan impor dapat direduksi menjadi kurang dari 15% (pada semester I tahun 2011 impor tumbuh 15,8%); dimana balance of trade Indonesia belakangan ini semakin lama semakin mengecil walaupun masih surplus.
Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 7%, perlu untuk meningkatkan investasi, khususnya investasi untuk menggantikan mesin-mesin produksi yang sudah kurang produktif, dan juga menambah berbagai infrastruktur lainnya yang dibutuhkan. Pada semester I tahun 2011 investasi tumbuh 8,27%; sehingga pada tahun 2012 diharapkan agar investasi tumbuh lebih dari 10% agar mampu menunjang pertumbuhan ekonomi 7% karena investasi merupakan prime mover dari pertumbuhan. Oleh karena itu, belanja modal pemerintah perlu untuk ditingkatkan lagi karena belanja modal pemerintah merupakan leverage dari kegiatan investasi swasta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar