Selamat Datang di Berita Wilayah

'Berita Wilayah' disajikan kepada pembaca untuk memberikan informasi mengenai kondisi ekonomi-sosial wilayah-wilayah di Indonesia. Data statistik yang ditampilkan pada 'Berita Wilayah' ini dapat juga dilihat pada blog saya yang lain 'Ur Data Statistik' di http://www.beritawilayah-gofly2203.blogspot.com
Semoga informasi ini bermafaat untuk semua pembaca

Kamis, 08 September 2011

KITA PERLU INOVASI DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI

Ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2011 tumbuh 6,49% (y-on-y); sehingga selama semester I tahun 2011 ekonomi Indonesia tumbuh 6,48% karena pada triwulan I tahun 2011 tumbuh 6,47%.
Pertumbuhan sebesar itu tentu saja menggembirakan buat kita semua masyarakat Indonesia karena pertumbuhan tersebut relatif tinggi pada saat perekonomian global diprediksi akan mengalami perlambatan.
Namun, ada beberapa catatan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia baik yang terjadi pada triwulan II tahun 2011 maupun pada waktu-waktu sebelumnya.
Pertama, bila dilihat dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didorong oleh sektor non-tradables, walaupun pada triwulan I tahun 2011 sektor industri bukan migas mulai menunjukkan perannya dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu tumbuh 6,61%, lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,49%. Sebagai catatan: sektor industri manufaktur bukan migas selama ini selalu tumbuh lebih rendah dari pada pertumbuhan ekonomi secara total; dan baru pada triwulan II tahun 2011 pertumbuhannya bisa melampaui pertumbuhan ekonomi total.
Sejak sekitar tahun 2006-an, pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh sektor non-tradables. Pada triwulan II tahun 2011, sekitar 67% pertumbuhan ekonomi Indonesia disumbang oleh sektor non-tradables. Sedangkan sektor non-tradables utama seperti perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan transportasi; serta keuangan, real estate dan jasa perusahaan menyumbang sekitar 50% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia (6,49%).
Kelihatannya Indonesia ‘terbawa arus’ globalisasi untuk mengembangkan ekonomi melalui sektor non-tradables. Padahal mestinya Indonesia membangun ekonomi bukan melalui sektor non-tradables. Kalau menilik kepada potensi sumberdaya ekonomi Indonesia sebenarnya Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif pada sektor-sektor pertanian termasuk perkebunan dan sumberdaya alam seperti mineral, minyak dan gas, perikanan dan kelautan. Sebenarnya, bila sektor-sektor ini dikelola dengan terarah, mestinya ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih baik karena mestinya pertumbuhan ekonomi suatu negara perlu didukung oleh sumberdaya-sumberdaya potensial sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat termasuk mampu untuk menumbuhkan lapangan kerja dan pertumbuhan sektor industri manufaktur.
Kedua, bila ditilik dari peran pulau-pulau dalam menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi terlihat bahwa selalu pulau Jawa dan pulau Sumatera yang memberikan sumbangan terbesar. Pada triwulan II tahun 2011, pulau Jawa memberikan sumbangan sekitar 57,7% dan pulau Sumatera 23,52% kepada besar Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pulau-pulau yang lain memberikan sumbangan sisanya.
Sumberdaya-sumberdaya ekonomi seperti perkebunan (seperti kakao), sumberdaya gas alam, perikanan dan kelautan banyak terdapat di pulau-pulau Indonesia bagian timur; dan sektor-sektor ini merupakan potensi Indonesia yang mempunyai keunaggulan komparatif dan kompetitif. Kalaulah sumberdaya-sumberdaya tersebut lebih diperhatikan dengan memberikan infrastruktur yang baik, melakukan perencanaan yang terstruktur mungkin akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik buat Indonesia pada masa-masa yang akan datang.
Kalau sebelum masa reformasi kita mengenal kebijakan ekonomi export orientation dan import substitution, barangkali perlu untuk mengangkat kembali kebijakan tersebut karena walaupun ekspor Indonesia meningkat pada waktu-waktu belakangan ini namun impor Indonesia juga meningkat lebih tajam. Kebijakan export orientation ditujukan untuk menumbuhkan potensi-potensi ekonomi Indonesia seperti pertanian, perkebunan, mineral dan gas, perikanan dan kelautan sehingga ekspor tidak saja dalam bentuk raw material tetapi sudah dalam bentuk barang industri yang menghasilkan nilai tambah lebih besar. Kebijakan import substitution dimaksudkan untuk menghemat devisa yaitu dengan menghasilkan sendiri di dalam negeri kebutuhan-kebutuhan bahan material dan sebagainya yang selama ini harus selalu diimpor dari luar negeri.

Tidak ada komentar: